googlee10025ebf65670c5.html Pohon Tarbantin Kebenaran - Heldin Manurung: Alkitab

VISI:

Menjadi Pohon Tarbantin Kebenaran (Yesaya 61:3)

MISI:

Mempersiapkan generasi yang siap menghadapi zaman akhir, dan siap sedia menyambut kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya.

Menyampaikan kabar baik kepada orang sengsara, merawat orang yang remuk hati, memberitakan pembebasan kepada orang tawanan, orang yang terkurung kelepasan dari penjara, dan menghibur orang berkabung.

Puji Tuhan. Saudara bersama kami sekarang.

Tidak kebetulan saudara bersama kami saat ini. Tidak ada yang terjadi di luar pengetahuan Tuhan. Kami percaya Tuhan menghendaki saudara mengalami perubahan terhadap hidup dan kehidupan saudara. Tuhan ingin saudara mengenal Dia dengan benar, dan segala usaha dan upaya yang saudara lakukan selama ini tidak menjadi sia-sia karena pemahaman yang keliru dari maksud Firman Tuhan yang sesungguhnya. Tuhan tidak menghendaki saudara kecewa karena saudara merasa bahwa saudara telah berjalan pada kebenaran selama ini pada hal tidak demikian.

Mohon maaf bahwa kami tidak bermaksud mengkhotbai saudara. Kami tidak bermaksud bahwa kami lebih baik atau lebih pintar dari saudara. Kami hanya ingin berbagi dengan saudara tentang kebenaran yang kami peroleh dari Tuhan. Kami ingin memenuhi kerinduan saudara untuk memperoleh keutuhan hidup bersama Tuhan Yesus Kristus. Kami rindu untuk hidup bersama-sama dengan saudara sesuai dengan kehendak Yesus Kristus seperti yang Ia janjikan dalam Firman-Nya. Mari bertumbuh bersama di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

Laman

Minggu, 27 November 2016

Alkitab



ALKITAB
Yohanes 1:1-5

Saya masih ingat waktu masih kuliah dulu di STT (Sekolah Tinggi Theologi) di Jakarta salah seorang dosen kami yang mengajar mata kuliah Filsafat tiba-tiba saja bertanya waktu mau memulai kuliah pertama kami. Yang membuat kami kaget dan tersentak bukan karena pertanyaannya sulit, bukan. Pertanyaannya bukan mengenai filsafat. Tetapi ...
pertanyaannya adalah, “Coba jealaskan. Apa Alkitab itu?” semua mahasiswa sekitar 20 orang di kelas itu terdiam. Lhoo…, ini para calon pendeta kog diam tidak bisa jawab pertanyaan saya? Semua tetap terdiam seperti kebingungan. Memang pertanyaannya kelihatannya gampang tapi jawabannya rada sulit. Merasa tahu tapi tidak bisa jelaskan. Sejak itu saya sadar bahwa selama 30 tahun saya menjadi Kristen sejak dilahirkan di bumi yang fana ini hingga saya kuliah di sekolah theologia kog tidak bisa menjelaskan apa arti sesungguhnya dari pada Alkitab itu.

Sejak saat itu saya bertobat. Saya berusaha mencari tahu dan mempelajari Alkitab itu dengan sungguh-sungguh. Ketika saya di gereja saya pun mencoba melakukan riset kecil-kecilan tentang kejadian di kelas kuliah filsafat itu. Saya mencoba bertanya kepada beberapa orang anggota jemaat gereja tentang pertanyaan yang sama tapi dengan menggunakan bahasa yang santai, “Apa sih Alkitab itu?” Ternayata benar, dari sekian orang yang saya tanyai, tak seorang pun yang dapat memberikan jawaban yang menunjukkan bahwa mereka orang Kristen yang memahami apa yang mereka katakan mereka percayai. Mungkin mereka sama seperti saya masih di kelas filsafat dulu, merasa sudah tahu karena bendanya sudah dimiliki dan sering dipegang. Tapi faktanya tidak tahu sesungguhnya.

Apa yang muncul di benak saya adalah pertanyaan, “Bagaimana kalau orang non-Kristen yang bertanya demikian?” Kita sebagai orang yang mengaku orang percaya tapi tidak bisa menjelaskan kepada orang lain tentang Alkitab yang menjadi peta surga itu. Bagaimana mungkin orang yang belum percaya bisa memperoleh informasi yang benar sehingga bisa menjadi orang percaya? Bagaimana mungkin kita bisa memercayai sesuatu yang tidak kita kenal? Bagaimana mungkin saya sebagai orang percaya yang wajib memberitakan firman bisa melakukan penginjilan menjangkau jiwa baru bila saya tidak benar-benar mengetahui apa itu Alkitab? Memang sungguh naïf tetapi itulah fakta yang terjadi. Memang sulit dibayangkan kalau anggota jemaat sebuah gereja bisa menguasai Alkitab yang menjadi peta ke Surga itu kalau hanya satu kali seminggu ke gereja. Apalagi jika hanya ritual keagamaan saja. Belum lagi dengan khotbah sang pendeta yang kurang memadai untuk menyirami jemaatnya. Mau tidak mau, suka tidak suka setiap anggota jemaat yang ingin benar-benar menguasai peta surga itu, ia harus belajar sendiri, atau mengikuti kursus Alkitab.

Bila dosen filsafat saya dulu bertanya lagi sekarang, “Apa sih Alkitab itu?” Saya pun akan menjelaskan baik secara teknis maupun secara praktis. Secara teknis dapat dijelaskan bahwa Alkitab itu adalah kumpulan dari kitab-kitab atau tulisan yang ditulis oleh para nabi dan para rasul melalui pewahyuan Allah kepada mereka. Alkitab dibagi menjadi dua bagian – Perjanjian Lama, dan Perjanjian Baru.

Secara praktis bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Firman Allah adalah bentuk komunikasi antara Allah dengan manusia, penyataan diri Allah kepada manusia. Firman Allah mengandung kuasa yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkannya (Yesaya 55:11). Firman Allah disampaikan kepada manusia untuk melaksanakan kehendak-Nya tanpa halangan, dan harus diperhatikan oleh para malaikat dan manusia (Mazmur 103:20; Ulangan 12:32). Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya (Yesaya 40:8). Firman Tuhan tidak kembali kepada-Nya tanpa digenapi lebih dulu (Yesaya 55:11). Firman Tuhan yang kita peroleh sekarang ini adalah dalam bentuk tertulis dalam Alkitab yang disebut logos.

Dalam Perjanjian Baru, Firman Tuhan (logos) disebutkan dengan nama atau istilah yang berbeda-beda namun maksudnya tetap sama. Firman Tuhan (logos) dipakai baik dalam arti biasa, maupun dengan pengertian pesan Injil (Markus 2:2; Kis 6:2; Galatia 6:6). Dalam surat-surat kiriman kita memperoleh sebutan Firman Kehidupan (Filipi 2:16), Firman Kebenaran (Efesus 1:13), Kabar Keselamatan (Kis 13:26), berita Pendamaian (2 Korintus 5:19), pemberitaan tentang salib (1 Korintus 1:18). Namun semuanya maksudnya adalah Firman Tuhan (logos) yakni amanat dari Tuhan yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan ditaati. Firman Tuhan disebut juga rhema, yaitu firman yang kita ucapakan dengan iman dan menjadi kenyataan dalam hidup kita. Inilah sesungguhnya yang disebut dengan senjata rohani kita yang disebut dengan ketopong keselamatan dan pedang Roh. Karena dengan firman yang kita ucapkan dengan iman kita akan memperoleh keselamatan dan dapat berkemenangan melawan musuh. (Ev. H.Y. Manurung)